Cari Blog Ini

Senin, 28 Maret 2011

Waspadai Psikopat Bertunas Dalam Diri Kita!

 Mungkin tidak ada yang asing mendengar kata Psikopat. Beberapa orang dengan mudahnya menyebutnya dengan sebutan "orang gila". Benarkah yang dimaksud psikopat itu adalah orang yang sudah hilang akal?

Psikopat secara harfiah berarti sakit jiwa. Pengidapnya juga sering disebut sebagai Sosiopat karena prilakunya yang antisosial dan merugikan orang-orang terdekatnya.

Psikopat berasal dari kata psyche yang berarti jiwa dan pathos yang berarti penyakit. Psikopat tak sama dengan gila (skizofrenia/psikosis) karena seorang psikopat sadar sepenuhnya atas perbuatannya. Gejalanya sendiri sering disebut dengan psikopati, pengidapnya seringkali disebut "orang gila tanpa gangguan mental". Menurut penelitian, sekitar 1% dari total populasi dunia mengidap psikopati. Pengidap ini sulit dideteksi, karena sebanyak 80% lebih banyak yang berkeliaran daripada yang mendekam di penjara atau di rumah sakit jiwa. Pengidapnya juga sukar disembuhkan.

Psikopat adalah gejala kelainan kepribadian yang sejak dulu dianggap berbahaya dan mengganggu masyarakat. Namun demikian, orang-orang psikopat bila dilihat sepintas memiliki sifat baik hati dan disukai, tetapi sebetulnya dibalik itu semua mereka sangat merugikan masyarakat. Orang-orang seperti inilah yang oleh para banyak ahli disebut sebagai psikopat (jiwa [psyche] yang menderita kelainan [patologik]).

Banyak istilah atau pengertian yang disampaikan banyak ahli tentang psikopat, namun menurut terminologi ilmu kedokteran jiwa psikopat disebut sebagai gangguan kepribadian antisosial yang secara umum memiliki karakterisik perilaku antara lain egois, menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan, tidak mempedulikan dampak perilakunya terhadap orang lain, menikmati dan tidak memiliki rasa penyesalan (guilty feeling) dari penderitaan orang lain akibat perbuatannya.
 
"Anda baru saja menggambarkan profil boss saya dengan sangat tepat,” ujar seorang wanita karier ketika Dr. John Clarke, psikolog kriminal dan doktor (PhD) dari University of Sydney Australia, menutup kuliah tentang psikologi kejahatan sambil memberikan daftar ciri-ciri psikopat. 

Saat itulah Clarke tersentak, dan tersadar, ternyata psikopat tidak cuma ada di penjara, di ruang sidang pengadilan, atau dalam film dan buku-buku "thriller". Psikopat, entah laki-laki maupun perempuan di seluruh dunia sedang berencana licik di tempat kerja mereka masing-masing!

”Organisasional Psikopat”
IstimewaIstimewaClarke kemudian melakukan sejumlah penelitian. Hasilnya, sebuah kesimpulan mencengangkan: satu persen dari populasi orang dewasa yang bekerja adalah psikopat di kantor mereka.
Jenis psikopat macam begini ada di kantor besar maupun kecil, di ruang rapat dewan direksi atau di pantry belakang sono. Mereka bersembunyi, atau menyembunyikan diri dengan berbohong, mencurangi, mencuri, memanipulasi, mengorbankan dan menghancurkan para rekan kerja tanpa rasa salah, apalagi sesal.
Lebih mengerikan lagi, mereka – yang disebut Clarke sebagai ”organisasional psikopat” – berkembang amat pesat di dunia bisnis. Kezaliman dan nafsu tak cuma mereka salah-artikan sebagai ambisi dan keterampilan memimpin, tapi sekaligus sebagai sesuatu yang harus dihargai lewat promosi, bonus, bahkan kenaikan upah.
Clarke mencontohkan sebuah iklan lowongan kerja. Di situ, tertulis: Anda tahu Anda adalah yang terbaik. Anda mampu mempengaruhi orang. Apa pun akan Anda lakukan untuk memenangkan organisasi. ”Ini jenis iklan yang menarik bagi banyak orang, teristimewa para psikopat, dan secara tidak langsung mengundang psikopat untuk melamar kerja," jelas Clarke.
Dalam wawancara rekrutmen pun, psikopat selalu tampil mempesona sebagai orang yang cocok untuk lowongan apa pun. "Mereka adalah pembicara yang sangat bagus, dan kadang mengarang riwayat hidupnya sendiri, sehingga pewawancara terperdaya. Mereka terlihat mempersona, cerdas dan piawai. Tapi, jika Anda sedikit saja menggali lebih dalam, Anda akan tahu seperti apa mereka sebenarnya," lanjut Clarke.
Di kantor, psikopat akan melakukan apa saja untuk mendapatkan kekuasaan, status dan gaji yang mereka inginkan. "Mereka berpikir layaknya psikopat kriminal. Keduanya sama-sama berusaha sekeras-kerasnya demi diri sendiri. Namun, perbedaannya adalah: psikopat kriminal menghancurkan korban secara fisik, sedangkan psikopat kantoran menghancurkan korbannya secara psikologis," ujar penulis buku The Pocket Pscyho itu.
Perilaku dan Kepribadian
Dalam bukunya, Clarke memberikan panduan singkat bagaimana melindungi diri dari psikopat organisasional. Menurutnya, psikopat kantoran dapat diketahui dari pola perilaku dan ciri kepribadian mereka yang cenderung bersikap:
- Tanpa dosa. Psikopat kantoran tidak akan menyesali berapa banyak rekan sekerja yang mereka jadikan korban, mereka tusuk dari belakang, atau yang hasil kerjanya mereka curi.
- Mempesona. Mereka adalah pembicara yang sangat bagus, lebih suka berhadapan empat mata, dan menghindari rapat kelompok.
- Manipulatif. Mereka cenderung membengkokkan sistem maupun aturan perusahaan untuk kepentingan sendiri. Mereka memangsa berbagai kelemahan orang, khususnya rekan sekerja yang kurang percaya diri.
- Parasitis. Mereka mencari penghargaan dari hasil kerja orang lain.
- Pembohong yang patologis. Psikopat kantoran memang bukan pembohong ulung. Namun, jika ketahuan, mereka jago berdalih untuk mencari selamat.
- Tak menentu. Psikopat hanya punya emosi pokok (senang, sedih, marah). Pergantian antar emosi terjadi sangat cepat; semenit senang, menit berikutnya marah, lalu semenit selanjutnya sedih.
- Psikopat kantoran selalu berusaha berteman dengan orang yang punya kedudukan lebih tinggi agar dapat melindungi mereka.
- Psikopat kantoran selalu merongrong sekaligus berteman dengan bos, dan berusaha mati-matian meniti kedudukan di perusahaan.
Nasib Korban
IstimewaIstimewaMasih menurut Carter, "Para psikopat biasanya merampas keyakinan diri seseorang. Mereka menghilangkan rasa percaya orang terhadap orang lain. Korban menjadi dingin, sinis, getir dan hampir tak mampu bekerja."
Tapi, ada dua ”senjata” yang bisa dipakai untuk melindungi diri dari para psikopat macam begini: pendidikan dan kerjasama tim.
"Kalau Anda mendidik diri sendiri hingga tahu mengapa si psikopat bertindak demikian, maka hal ini akan menghentikan siklus menyalahkan diri-sendiri dan rasa terasing dari korban," katanya.
Hal kedua, ”Membangun tim dan kerjasama tim. Anda harus berbicara kepada orang lain, dan mengatakan apa yang terjadi. Jika psikopat tidak dapat mengasingkan Anda, maka mereka tidak akan dapat menghancurkan Anda."
Jadi, andai ”status” dan eksistensi psikopat kantoran sudah terbongkar, namun boss Anda tak kunjung bertindak, maka, Clarke menyarankan, alternatif terbaik adalah Anda pindah kerja. Lho, kok? Iyalah. Soale, korban, atau siapa pun, tidak akan pernah bisa mengubah seorang psikopat. Proses rehabilitasi yang dilakukan hanya akan memperparah mereka.
"Mereka itu kan tidak pedulian. Mereka tidak berpikir dirinya psikopat. Mereka tidak berpikir apa yang sedang mereka lakukan salah. Mereka hanya berpikir dirinya pintar,” jelas Clarke. Sehingga, "Saat Anda merehabilitasikan mereka, berarti Anda sudah mengajarkan keterampilan sosial kepada psikopat, dan menunjukkan bagaimana cara berurusan secara pantas dengan orang lain. Ujung-ujungnya, para psikopat akan menggunakan keterampilan sosial itu untuk makin memanipulasi orang."
Jadi, menghindar sejauh mungkin dari mereka akan jauh lebih baik.
Dari berbagai sumber