Cari Blog Ini

Selasa, 23 Februari 2010

Kamis, 18 Februari 2010

CODE BLUE 2


SUDAH cukup lama stasiun televisi Indonesia tidak menayangkan dorama (sinetron Jepang-red). Satu yang masih segar dalam ingatan hanya 1 Litre of Tears yang tayang di Indosiar 2007 silam. Hana Yori Dango yang tayang tidak lama setelah itu malah tidak disadari betul kehadirannya oleh para pecinta dorama di Tanah Air.

Padahal sebelumnya, tayangan drama khas negeri Sakura cukup rutin menyambangi layar televisi nasional terutama sejak booming kisah percintaan si Rika “Tokyo Love Story” Akana di tahun 1995.

Bagaimana dengan di negeri asalnya, Jepang? Hingga saat ini dorama-dorama masih diproduksi, dengan ciri khas ragam ide-idenya yang menarik dan spesifik, hanya saja kecenderungannya menurun. Sebagai bukti, awal tahun 2010, per-dorama-an malah menghadirkan sebuah sekuel, Code Blue 2. Merupakan season lanjutan dari dorama berjudul sama produksi tahun 2008.

“Ini bagus. Setidaknya aku punya tontonan drama yang ditunggu tahun depan,” sebut seorang fans di forum setelah pengumuman resmi rencana rilis drama yang memasang bintang pentolan boy band NEWS, Yamashita Tomohisa (25).

Terbilang jarang dorama dibuatkan sekuelnya, kecuali menuai sukses besar pada prekuelnya atau karena terjadi kemandekan ide. Namun apapun alasannya, Code Blue season 1 nyatanya memang memikat para pecinta dorama. Menjadi tayangan drama terpopuler tahun 2008 dengan perolehan rating rata-rata 15,6 %. Spesial episodenya yang tayang Januari 2009 bahkan menuai prestasi rating yang lebih tinggi, 23, 1 %.

Fakta yang membuat Yamapi -- panggilan akrab Yamashita Tomohisa -- memiliki feeling sebelumnya kalau sekuel memang akan ada. “Aku pikir, penonton memiliki perasaan seperti 'aku ingin melihatnya lagi', 'aku ingin ini berlanjut',” kata Yamapi. Apa yang ditampilkannya bersama rekan-rekan di Code Blue diklaim olehnya sebagai sebuah pekerjaan yang memuaskan harapan banyak orang.

Code Blue hasil garapan duo sutradara Nishiura Masaki dan Hayama Hiroki mengangkat kisah tentang profesi medis Doctor Heli – Emergency Lifesaving. Terinspirasi dari sebuah pengajuan proposal di Jepang di bidang medis soal pengadaan layanan kesehatan menggunakan helikopter agar para dokter bisa tiba lebih cepat menolong mereka yang membutuhkan.

Code Blue pada akhirnya menjadi upaya (tanpa sengaja) mendukung keberadaan Doctor Heli tersebut di kehidupan nyata. “Saat terakhir aku tampil di Code Blue, fakta bahwa ada peningkatan jumlah helikopter yang dipergunakan untuk transportasi penyelamatan darurat membuatku merasa drama ini bisa juga memberi benefit kepada masyarakat,” kata Yamapi saat sesi preskon Code Blue 2.

Selain Yamapi, Code Blue 2 masih didukung barisan pemain yang sama. Ada Aragaki Yui sebagai Shiraishi Megumi, Toda Erika sebagai Hiyama Mihoko, Higa Manami sebagai Saejima Haruka, Asari Yosuke sebagai Fujikawa Kazuo. Serta satu penambahan karakter baru Kippei Shiina diperankan Tachibana Keisuke. Digabungkannya lagi mereka ke dalam satu produksi meninggalkan kesan pada diri Aragaki yang baru pertama kali bermain di sekuel.

“Ini pertama kalinya aku bermain di sekuel. Ini sudah lewat setahun setengah sejak pertama kami bertemu, dan satu tahun setelah season pertama ditayangkan. Kami syuting setiap hari, sama-sama khawatir bagaimana kami telah semakin dewasa, dan menikmati reunian ini dengan semuanya,” bagi Aragaki.

Code Blue 2 secara global menceritakan tentang tahun kedua setelah Aizawa c.s mendaftar ke Shoyo University's North Hospital. Mereka hanya memiliki waktu sekitar 3 bulan lagi untuk menyelesaikan program spesialisasi sebagai Dokter Heli.

Masing-masing dari mereka harus memutuskan kemana mereka akan melanjutkan hidup setelah kelulusan. Aizawa yang hanya memiliki seorang kerabat, seorang nenek yang bekerja sebagai perawat di rumah, mulai mengalami keraguan dengan pekerjaan yang dilakukannya dan tidak bisa menemukan arah yang jelas untuk masa depannya.

Sementara itu Shiraisi masih sulit melupakan “dosa” masa lalu. Dia telah menyebabkan gurunya Kuroda Shuji kecelakaan hingga terpaksa kehilangan tangan kanannya lewat proses amputasi. Pengembangan cerita yang terbukti beroleh hasil positif. Pada penayangan episode perdana Code Blue 2 mendapat rating 18,8 %!

Senin, 01 Februari 2010

The Best Anime

Tahun 2009 adalah masa lalu, tapi bukan berarti kita telah melupakannya.

Telah banyak film-film yang beredar untuk memuaskan hasrat para otaku mania di seluruh dunia. Berikut adalah anime-anime terbaik di tahun 2009...


Animasi Terbaik: Time of Eve


Time of Eve (イヴの時間 / Eve no Jikan) adalah sebuah serial anime yang diproduksi oleh Studio Rikka dan DIRECTIONS, INC menggunakan karakter 2D dengan latar belakang 3D. Ceritanya mengenai penduduk Jepang di masa depan yang sudah membaur dengan para android. Kualitas animasinya bener-bener top banget.


Cerita Terbaik: Eden of the East



Eden of the East (東のエデン / Higashi no Eden) adalah serial televisi anime Jepang yang tayang perdana di Fuji TV pada tanggal 9 April 2009. Dibuat, disutradarai dan ditulis oleh Kenji Kamiyama, yang juga mensutradarai Ghost in the Shell. Ceritanya dimulai dari seorang laki-laki telanjang bulat yang hanya memiliki ponsel bertemu dengan seorang pelajar belia bernama Saki Morimi. Unik kan?


Soundtrack Terbaik: Parallel Hearts




Action Anime Terbaik: Gundam 00 Second Season



Drama Anime Terbaik: Clannad ~After Story~




Seiyuu Terbaik: Tomatsu Haruka
Tomatsu Haruka

Apa jadinya kalau anime tanpa kehadiran seorang seiyuu?

Lahir pada tanggal 4 February 1990 di Ichinomiya, Aichi, Tomatsu Haruka (戸松遥) memang sudah mencintai dunia anime dan manga. Dia memulai karirnya sebagai seiyuu (pengisi suara televisi/anime/lagu) pada tahun 2007 di perusahaan Music Ray'n. Sejak itu namanya mulai dikenal oleh kalangan otaku. Di tahun 2009 dia mengisi suara karakter Yunyun di film anime CANAAN, Hime Makita di film Sora no Manimani, dan banyak lagi.


Selain suaranya yang merdu, wajahnya pun enak dilihat. Setuju?

Tidak selamanya Sillent Is Gold......

           Banyak orang yang menganggap, bahwa : "Sillent Is Gold". Perumpamaan itu tidak salah sepenuhnya. Namun, coba Anda bayangkan.........bagaimana bila seandainya seluruh masyarakat di dunia ini menganut paham itu?
             Perumpamaan itu memang menunjukkan maksud : "Lebih baik diam daripada berbicara/bertindak yang tidak-tidak atau omong kosong". Tapi, apakah benar seperti itu? Begitu banyaknya orang di dunia ini yang memilih diam ketika terjadi hal-hal besar di depan mata mereka........itukah yang diharapkan? Tidak ikut campur? Perubahan apakah yang terjadi ketika Anda memilih untuk diam?
             Memang terlalu banyak bicara juga tidak baik, tapi bila berbicara untuk meyuarakan kebenaran hati nurani? menyuarakan Hak Asasi? menyuarakan aspirasi? Dilarangkah?
              Diam yang dimaksud janganlah dijadikan alasan seseorang untuk mempertahankan egonya dengan tidak peduli dengan orang lain. Dengan alasan tidak mau banyak bicara, seseorang bisa dengan tenangnya menyatakan "Inilah bentuk ego saya" atau "Inilah prinsip saya dalam menjalani hidup", dan lainnya. Mereka tidak sadar, bahwa mereka hidup bersosialisasi. Bukan visualisasi diri yang nantinya tercipta, melainkan kesalahpahaman dalam berkomunikasi hingga melahirkan perselisihan. Bahkan sebagian orang menganggap, bahwa diam itu sebagai bentuk pelarian diri dari rasa takut dan pengecut. Apakah itu yang diinginkan ?
               Pada revisi Undang-Undang Dasar 1945 yang telah disahkan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia, dalam BAB XA Hak Asasi Manusia, Pasal 28E ayat (3), disebutkan bahwa Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat. Lalu pada Pasal 28F yang berbunyi : "Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia"
              Jadi, jangan takut berbicara selama yang dibicarakan itu memang penting dan bermanfaat bagi khalayak. Berbicara untuk menghibur juga sah-sah saja, selama tidak menyakiti perasaan dan bersifat menyenangkan hati orang lain.
                 Manusia diciptakan Tuhan memiliki mulut untuk berbicara. Itu jelas harus kita syukuri. Seperti sebuah petikkan lagu d'Masiv : "Syukuri apa yang ada...hidup adalah anugerah....tetap jalani hidup ini, melakukan yang terbaik...."
                  Jadi, tidak selamanya diam itu emas dan berbicara itu buruk, bukan? :)

~dPurple~