Cari Blog Ini
Selasa, 29 Juni 2010
Minggu, 20 Juni 2010
Artela Plagiator?! Arransement lagu cover Kau dari T-FIVE dianggap meniru arransment lagu One X Time milik AI OTSUKA 100%
Lagi-lagi plagiator muncul di Indonesia. Kali ini, artis pendatang baru Artela, mencoba untuk membawakan lagu cover milik T-FIVE, Kau. Namun masalahnya terdapat pada aransemen musiknya yang mirip 99,9% dengan lagu solois Jepang, Ai Otsuka yang berjudul One X Time
Menurut pengakuan Artela, dia kurang mengetahui perihal ini.
Komunitas pecinta Jepang di Indonesia merasa jengah atas hal ini. Mereka berusaha menghubungi Artela, namun seperti tak ada respon. Para facebooker yang tergabung dalam komunitas Jepang, berusaha mengedepankan mengenai kebenaran dari lagu ini.
Lagu yang dinyanyikan oleh Artela ini telah diputar di salah satu stasiun TV Swasta (RCTI, program Dahsyat).
Semoga dengan adanya kasus seperti ini, para musisi di Indonesia dapat belajar menciptakan suatu musikalitas yang benar-benar berkualitas dengan keoriginalitasannya. Disini bukan ingin menghakimi para musisi Indonesia dan membela musisi Jepang, namun...sebagai warga negara Indonesia, sebaiknya kita lebih berusaha berbuat hal-hal yang dapat membanggakan Indonesia (dan bukannya menjatuhkan musisi-musisi dalam negeri sendiri). Para penyanyi pun jangan hanya langsung menerima lagu yang akan dinyanyikan, namun periksa dahulu mengenai lagu yang akan dibawakannya, agar tidak terjadi hal serupa. Saat ini, semua orang sedang menunggu jawaban dan komentar dari pihak Artela mengenai kasus ini.
Bila penasaran dengan lagunya, berikut link lagu yang dinyanyikan oleh Artela :
www.4*shared.com/audio/z_C
Jumat, 04 Juni 2010
About Teru teru bozu
Teru teru bozu
Teru teru bōzu became popular during the Edo period among urban dwellers[2], whose children would make them the day before the good weather was desired and chant "Fine-weather priest, please let the weather be good tomorrow."[2]
Today, children make teru-teru-bōzu out of tissue paper or cotton and string and hang them from a window to wish for sunny weather, often before a school picnic day. Hanging it upside down - with its head pointing downside - acts like a prayer for rain. They are still a very common sight in Japan.
There is a famous warabe uta, or Japanese nursery rhyme, associated with teru teru bozu:
Japanese: てるてるぼうず、てるぼうず 明日天気にしておくれ いつかの夢の空のように 晴れたら金の鈴あげよ てるてるぼうず、てるぼうず 明日天気にしておくれ 私の願いを聞いたなら 甘いお酒をたんと飲ましょ てるてるぼうず、てるぼうず 明日天気にしておくれ それでも曇って泣いてたら そなたの首をちょんと切るぞ | Romaji: Teru-teru-bōzu, teru bōzu Ashita tenki ni shite o-kure Itsuka no yume no sora no yō ni Haretara kin no suzu ageyo Teru-teru-bōzu, teru bōzu Ashita tenki ni shite o-kure Watashi no negai wo kiita nara Amai o-sake wo tanto nomasho Teru-teru-bōzu, teru bōzu Ashita tenki ni shite o-kure Sorete mo kumotte naitetara Sonata no kubi wo chon to kiru zo | Translation: Teru-teru-bozu, teru bozu Do make tomorrow a sunny day Like the sky in a dream sometime If it's sunny I'll give you a golden bell Teru-teru-bozu, teru bozu Do make tomorrow a sunny day If you make my wish come true We'll drink lots of sweet rice wine Teru-teru-bozu, teru bozu Do make tomorrow a sunny day But if the clouds are crying (it's raining) Then I shall snip your head off |
[edit] References
- ^ "Literally means "shiny-shiny Buddhist priest". It may also translate to "shiny shiny bald head," the word "bōzu" having long ago become a reference to the shaven heads of Buddhist monks. They are paper dolls made by school children before going on school excursions as a charm for fine weather." [1]
- ^ a b "Weather Watching and Emperorship", by Noboru Miyata. In Current Anthropology, Vol. 28, No. 4, Supplement: An Anthropological Profile of Japan. (Aug. - Oct., 1987), pp. S13-S18. Provided by JSTOR.
Langganan:
Postingan (Atom)